Selasa, 25 Juni 2013

Makalah Tentang Debu (Agen Penyakit)




MAKALAH
AGEN PENYAKIT
DEBU


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan
Dosen pengampu: dr.Endah Winarti, M.Kes
Oleh:

                                                             Nama          : Danang Prabowo 
                                                             Npm            : 0510082211


PROGAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2012-2013


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berharga ini.
Penulis menyusun makalah yang berjudul Stress dan Pencegahannya  ini banyak mengalami hambatan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Endah Winarti, M.kes selaku dosen pengampu mata kuliah Agen Penyakit yang telah memberikan penjelasan sehingga makalah ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis susun ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Penulis menyusun makalah ini atas dasar teori yang sudah ada dalam berbagai sumber .
Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnannya dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah  ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



  Pekalongan,  Juni 2013
     Penulis
                                                                





DAFTAR ISI

          halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
      BAB I PENDAHULUAN
      1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
      1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
      1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
      1.4 Pengorganisasian Makalah........................................................................... 2
       BAB II  PEMBAHASAN
       2.1 Pengertian Debu....................................................................................... ..3
       2.2 Macam/Karakteristik Debu...................................................................... ..4
       2.3 Dampak Debu.......................................................................................... ..4
       2.4 Reaksi/Gejala-gejala Debu....................................................................... ..4
       2.5 Penyakit oleh Debu.................................................................................. ..6
       2.6 Mencegah/mengobati Debu......................................................................13
       BAB III PENUTUP
3.1   Simpulan .............................................................................................. ..15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. ..16





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia memerlukan udara untuk bernapas dan melaksanakan matabolisme dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya bersih. Kadang kala udara tersebut terkandung partikel pencemar yang disebut polutan. Salah satu polutan tersebut ialah berupa butiran debu yang banyak ditemukan pada industri.
Sekarang ini, keberadaan  sektor industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat, daerah di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain.
Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi pada masyarakat. Salah satu dampak negatif adalah terhadap paru para pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian misalnya saja penyakit asma dan penyakit lainnya yang kerap dianggap enteng oleh semua orang, terutama pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu. Tergantung dari jenis paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada para pekerja. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi dan melakukan usaha pencegahan.



1.2  Rumusan Masalah

1.      Pengertian Debu ?
2.      Apa saja macam/jenis Debu ?
3.      Apa saja gejala-gejala Debu ?
4.      Apa Dampak dari Debu ?
5.      Untuk memahami penyebab Debu ?
6.      Penyakit apa saja yang ditimbulkan oleh Debu ?
7.      Bagaimana cara mencegah/mengobati Debu ?

1.3  Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk ;

1.       Untuk mengetahui definisi Debu
2.       Untuk mengetahui gejala-gejala Debu
3.       Untuk mengetahui dampak dari Debu
4.       Untuk memahami penyebab Debu
5.       Reaksi/Gejala Paru Terhadap Debu
6.       Untuk memahami berbagai resiko yang ditimbulkan oleh Debu
7.       Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah Debu

1.4  Pengorganisasian Makalah
Adapun pengorganisasian dari penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu:

Bab I        : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
Masalah, tujuan penulisan, dan pengorganisasian makalah.
Bab II       : Pembahasan yang terdiri dari pengertian debu, tanda-tanda
debu, gejala-gejala debu, penyebab debu, cara mencegah serta
mengobati asma.
Bab III     : Penutup yang terdiri dari simpulan.

BAB II
PEMBAHASAN











2.1 Pengertian Debu
     Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau  bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting.
Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

1.    Debu adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan.
2.    debu adalah partikel-partikelzat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, arang batu, bijih logam dan sebagainya
3.    Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.

2.2 Macam-macam dan Karakteristik Debu
1.    Macam-Macam ;
Secara garis besar debu dapat dibagi atas 3 macam yaitu:
a.   Debu organik
Debu organic adalah debu yang berasal dari makhluk
hidup seperti debu kapur, debu d\aun-daunan dan
sebagainya.
b.   Debu biologis (virus, bakteri)
c.    Debu mineral Merupakan senyawa komplek seperti arang batu,
SiO2, SiO3
d.    Debu metal  adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur
unsur logam (Pb, Hg, Cd, dan Arsen),

2.    Sifat dan karakteristik debu ;
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda antara lain:
·      debu fisik (debu tanah, batu, dan mineral),
·      debu kimia (debu organic dan anorganik),
·      debu biologis (virus, bakteri, kista),
·      debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb),
·      debu radioaktif (Uranium, Tutonium),
·      Debu Inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain)

2.3 Dampak dari Debu

Partikel debu selain memiliki dampak terhadap kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut:
1)    Gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan pengotoran.

2)    Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu jalannya photo sintesis.
3)        Merubah iklim global regional maupun internasional
4)        Menganggu perhubungan/ penerbangan yang akhirnya menganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.
5)    Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada: Solubity (mudah larut), Komposisi Kimia, Konsentrasi Debu, dan Ukuran partikel debu.

2.4 Reaksi/Gejala Paru Terhadap Debu
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis.
Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang batas .
Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi saluran napas sehingga resistensi jalan napas meningkat.
Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadi lagi autolisis, keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan interstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkan gangguan pengembangan paru yalta kelainan fungsi paru yang restriktif.
Penyakit paru yang dapat timbul karena debu selain tergantung pada sifat-sifat debu, juga tergantung pada jenis debu, lama paparan dan kepekaan individual. Pneumokoniosis biasanya timbul setclah paparan bertahun-tahun. Apabila kadar debu tinggi atau kadar silika bebas tinggi dapat terjadi silikosis akut yang bermanifestasi setelah paparan 6 bulan.

Dalam masa paparan yang sama seseorang tepat mengalami kelainan yang berat sedangkan yang lain kelainnya ringan akibat adanya kepekaan individual. Penyakit akibat debu antara lain adalah asma kerja, bronkitis industri, pneumokoniosis batubara, siikosis, asbestosis dan kanker paru.

2.5 Penyakit yang ditimbulkan oleh Debu

1.    Pneumokoniosis Pekerja Tambang Batubara
Penyakit terjadi akibat penumpukan debu batubara di paru dan menimbulkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih daii 10 tahun. Berdasarkan gambaran foto toraks dibedakan atas bentuk simple dan complicated. Simple Coal Workers Pneumoconiosis (Simple CWP) terjadi karena inhalasi debu batubara saja. Gejalanya hampir tidak ada; bila paparan tidak berlanjut maka penyakti ini tidak akan memburuk. Penyakit ini dapat berkembang menjadi bentuk complicated. Kelainan foto toraks pada simple CWP berupa perselubungan halus bentuk lingkar, perselubungan clapat terjadi di bagian mana saja pada lapangan paru, yang paling sering di lobus atas. Senng ditemukan perselubungan bentuk p dan q. Pemeriksaan faal paru biasanya tidak menunjukkan kelainan. Nilai VEP1dapat sedikit menurun sedangkan kapasitas difusi biasanya normal.
Complicated Coal Workers Pneumoconiosis atau Fibrosis Masif Progresif (PMF) ditandai oleh terjadinya daerah fibrosis yang luas hampir selalu terdapat di lobus atas. Fibrosis biasanya terjadi karena saw atau lebih faktor berikut:
a)    Terdapat silika bebas dalam debu batubara.
b)    Konsentrasi debu yang sangat tinggi.
c)     Infeksi Mycobacterium tubeivulosis atau atipik.
d)    Imunologi penderita buruk.
Pada daerah fibrosis tepat timbul kavitas dan ini bisa menyebabkan penumotoraks; foto toraks pada PMF sering miriptĆ¼berkulosis, tetapi senng ditemukan bentuk campuran karena terjadi emfisema. Tidak ada korelasi antara kelainan faal paru dan luasnya lesi pada foto toraks. Gelaja awal biasanya tidak khas. Batuk dan sputum menjadi lebih sering,
Dahak  berwarna hitam (melanoptisis). Kenisakan yang luas menimbuikan sesak napas yang makin bertambah, pada stadium lanjut terjadi kor hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas.
Penelitian pada pekerja tambang batubara di Tanjung Enim lahun 1988 menemukan bahwa dari 1735 pekerja ditemukan 20 orang atau 1,15% yang foto toraksnya menunjukkan gambaran pneumokoniosis.
2.    Silikosis
Penyakit ini terjadi karena inhalasi dan retensi debu yang mengandung kristalin silikon dioksida atau silika bebas (S1S2). Pada berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan silika penyakit ini dapat terjadi, seperti pada pekerja
a)    Pekerja tambang logam dan batubara
b)    Penggali terowongan untuk membuat jalan
c)    Pemotongan batu seperti untuk patung, nisan
d)    Pembuat keramik dan batubara
e)    Penuangan besi dan baja
f)     Industri yang memakai silika sebagai bahan misalnya pabrik amplas dan gelas.
g)    Pembuat gigi enamel
h)    Pabrik semen
Usaha untuk menegakkan diagnosis silikosis secara dini sangat penting, oleh karena penyakit dapat terus berlanjut meskipun paparan telah dihindari. Pada penderita silikosis insidens tuberkulosis lebih tinggi dari populasi umum.
Secara klinis terdapat 3 bentuk silikosis, yaitu silikosis akut, silikosis kronik dan silikosis terakselerasi.
·         Silikosis Akut
Penyakit dapat timbul dalam beberapa minggu, bila seseorang terpapar silika dengan konsentrasi sangat tinggi. Perjalanan penyakit sangat khas, yaitu gejala sesaic napas yang progesif, demam, batuk dan penurunan berat badan se- telah paparan silika konsentrasi tingi dalam waktu relatif singkat. Lama paparan berkisar antara beberapa minggu sampai 4 atau 5 tahun. Kelainan faal paru yang timbul adalah restriksi berat dan hipoksemi disertai penurunan kapasitas di fusi. Pada foto toraks tampak fibrosis interstisial difus, fibrosis kemuclian berlanjut dan terdapat pada lobus tengah dan bawah membentuk djffuse ground glass appearance mirip edema paru.

·         Silikosis Kronik
Kelainan pada penyakit ini mirip dengan pneumokoniosis pekerja tambang batubara, yaitu terdapat nodul yang biasanya dominan di lobus atas. Bentuk silikosis kronik paling sering ditemukan, terjadi setelah paparan 20 sampai 45 tahun oleh kadar debu yang relatif rendah. Pada stadium simple, nodul di paru biasanya kecil dan tanpa gejala atau minimal. Walaupun paparan tidak ada lagi, kelainan paru dapat menjadi progresif sehingga terjadi fibrosis yang masif.
Pada silikosis kronik yang sederhana, foto toraks menunjukkan nodul terutama di lobus atas dan mungkin disertai klasifikasi. Pada bentuk lanjut tertepat masa yang besar yang tampak seperti sayap malaikat (angel's wing). Sering terjadi reaksi pleura pada lesi besar yang padat. Kelenjar hilus biasanya membesar dan membentuk bayangan egg shell calcification.
Jika fibrosis masif progresif terjadi, volume paru berkurang dan bronkus mengalami distorsi. Faal paw menunjukkan gangguan restriksi, obstruksi atau campuran. Kapasitas difusi dan komplians menurun. Timbul gejala sesak napas, biasa disertai batuk dan produksi sputum. Sesak pada awalnya terjadi pada saat aktivitas, kemudian pada waktu istirahat dan akhirya timbul gagal kardiorespirasi.
Di pabrik semen di daerah Cibinong (1987) dan 176 pekerja yang diteliti ditemukan silikosis sebanyak 1,13% dan diduga silikosis 1 ,7% Pada tahun 1991 penelitian pada 200 pekerja pabrik semen ditemukan dugaan silikosis sebanyak 7%. Perbedaan angka yang didapat diduga karena perbedaan kualitas foto toraks, dan kadar silika bebas dalam debu yang memapari pekerja.

·         Silikosis Terakselerasi
Bentuk kelainan ini serupa dengan silikosis kronik, hanya perjalanan penyakit lebih cepat dari biasanya, menjadi fibrosis masif, sering terjadi infeksi mikobakterium tipikal atau atipik. Setelah paparan 10 tahun sering terjadi hipoksemi yang berakhir dengan gagal napas.

3.    Asbestosis
Penyakit ini terjadi akibat inhalasi debu asbes, menimbulkan penumokoniosis yang ditandai oleh fibrosis paru. Paparan dapat terjadi di therah industri dan tambang, juga bisa timbul pada daerah sekitar pabrik atau tambang yang udaranya terpolusi oleh debu asbes. Pekerja yang dapat terkena asbestosis adalah yang bekerja di tambang, penggilingan, transportasi, pedagang, pekerja kapal dan pekerja penghancur asbes.
Pada stadium awal mungkin tidak ada gejala meskipun foto toraks menunjukkan gambaran asbestosis atau penebalan pleura. Gelaja utama adalah sesak napas yang pada awalnya terjadi pada waktu aktivitas. Pada stadium akhir gejala yang umum adalah sesak pada saat istirahat, batuk dan penurunan berat badan. Sesak napas terus memburuk meskipun penderita dijauhkan dari paparan asbes; 15 tahun sesudah awal penyakit biasanya terjadi korpulmonal dan kematian. Penderita sering mengalami infeksi saluran napas; keganasan pada brunkus, gastrointestinal dan pleura sering menjadi penyebab kematian.
Pada stadium awal pemeriksaan fisis tidak banyak menunjukkan kelainan, akibat fibrosis difus dapat terdengar ronki basah di lobus bawah bagian posterior. Bunyi ini makin jelas bila terjadi bronkiektasis akibat distorsi paw yang luas karena flbrosis. Jan tabuh ((clubbing) senng ditemukan pada asbestosis.
Perubahan pada foto toraks lebih jelas pada bagian tengah dan bawah paw, dapat berupa bercak difus atau bintik-bintik yang patht, bayangan jantung sering menjadi kabur. Diafagma dapat meninggi pada stadium lanjut karena paw mengecil. Penebalan pleura biasanya terjadi biral, terlihat di daerah tengah dan bawah terutama bila timbul kalsifikasi. Bila proses terlihat gambaran sarang tawon di lobus bawah. Mungkin ditemukan keganasan bronkus atau mesotelioma. Berbeda dengan penumokoniosis batubara dan silikosis yang penderitanya dapat mempunyai gejala sesak napas tanpa kelainan foto toraks.
Pemeriksaan faal paru menunjukkan kelainan restriksi meskipun tidak ada gejala pada sebagian penderita terdapat kelainan obsiruksi. Kapasitas difusi dan komplians paru menurun, pada tahap lanjut terjadi hipoksemia.
Biopsi paru mungkin perlu pada kasus tertentu untuk menegakkan diagnosis. Biopsi paru transbronkial hendaklah dilakukan untuk mendapakatan jaringan paru. Pemeriksaan bronkoskopi juga berguna menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya karsinoma bronkus yang terdapat bersamaan.

4.    Bronkitis Industri
Berbagai debu industri seperti debu yang berasal dari pembakaran arang batu, semen, keramik, besi, penghancuran logam dan batu, asbes dan silika dengan ukuran 3-10 mikron akan ditimbun di paru. Efek yang lama dali paparan ini menyebabkan paralisis silia, hipersekresi dan hipertrofi kelenjar mukus. Keadaan ini meyebabkan saluran napas rentan terhadap infeksi dan timbul gejala-gejala batuk menahun yang produktif. Pada pekerja tambang batubara bila paparan menghilang, gejal klinis dapat hilang. Pada pekerja yang berhubungan dengan tepung keadaanya Iebih kompleks. Berbagai komponen debu padi-padian (antigen padi-padian, jamur kumbang padi, tungau, endotoksin bakteri, antigen binatang, dan debu inert) berperan menimbulkan bronkitis.
Berbagai zat telah dipastikan sebagai penyebab terjadinya bronkitis industri sedangkan zat-zat lain kemungkinan besar atau diduga sebagai penyebab. Pada bronkitis industri atau bronkitis kronik foto toraks dapat normal, atau menunjukkan peningkat.an corakan bronkopulmoner terutama di lobus bawah.
Pada awal penyakit pemeriksaan faal paru tidak menunjukkan kelainan. Karena meningkatnya resistensi pemapasan, pada stadium lanjut terjadi obsiruksi saluran napas yang tepat menjadi ireversibel.
Apabila telah timbul obstruksi yang ireversibel, penyakit akan berjalan secara lambat dan progresif Pemeriksan faal paru berguna untuk menentukan tahap perjalanan penyakit, manfaat bronkodilator, perburtikan fungsi paru dan menentukan prognosis.
Pada penduduk yang tinggal di sekitar pabnk semen kekerapan bronkitis kronik jauh lebih tinggi dali penduduk yang tinggalnya jauh. Pada penduduk yang tinggalnya 25 km dari pabrik semen, terdapat kekerapan bronkitis kronik 14,66% pada laki-laki dan 23,46% pada perempuan. Pada daerah yang terletak 5 km dari pabrik didapatkan angka kekerapan penyakit ini 33,33% pada laki-laki dan 22,35% pada perempuan. Penelitian pada pekerja pabrik semen di daerah Cibinong pada tahun 1987 tidak menemukan penyakit bronkitis kronik Penelilian yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan kekerapan bronkitis kronik yang sangat rendah yaitu 0,5%; prevelensi bronkitis kronik pada para pekerja tersebut rendah bila dibandingkan dengan prevalensi di kalangan penduduk yang tinggal di sekitar pabrik semen
5.    Asma Kerja
Asma kerja adalah penyakit yang ditandai oleh kepekaan saluran napas terhadap paparan zat di tempat kerja dengan manifestasi obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel. Penyakit mm hanya mengenal sebagian pekerja yang terpapar, dan muncul setelah masa bebas gejala yang berlangsung antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Pada tiap individu masa bebas gejal dan berat ringannya penyakit sangat bervariasi.
Berbagai debu dan zat di tempat kerja tepat menimbulkan asma kerja. Zat itu tepat berasal dali tumbuh-tumbuhan seperti tepung gandum, debu kayu, kopi, buah jarak, colophony, binatang seperti binatang pengerat, anjing, kucing, kutu ganchim, ulat sutra, kerang; zat kimia seperti isosionat, garam platina, khrom, enzmm seperti iripsin dan papain. Dapat juga berasal dali obat-obatan seperti pada pmduksi piperazin, tetrasiklin, spinamisin dan penisilin sintetik.
Pada individu atopik keluhan asma timbul setelah bekerja 4 atau 5 tahun, sedangkan pada individu yang notatopik keluhan ini muncul beberapa tahun Iebih lama. Pada tempat yang mengandung zat paparan kuat seperti isosionat dan colophony gejala dapat timbul lebih awal bahkan kadang-kadang beberapa minggu setelah mulai bekerja. Keluhan asma yang khas adalah mengi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Gejala pada tiap individu bervariasi, kebanyakanmembaik pada akhir pekan dan waktu libur. Ananinesis riwayat penyakit yang rinci penting untuk menegakkan diagnosis. Ada individu yang terserang setelah paparan beberapa menit, pada individu lain sering timbul beberapa jam sesudah paparan dengan gejala yang mengganggu pada malam berikutnya.

Pemeriksaan faal paru di luar serangan dapat normal. Pada waktu serangan terlihat tanda obstruksi. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi menunjukkan penurunan lebih dari 15% pada waktu serangan. Bilafaal paru normal dan pasien dicurigai menderita asma, pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan pemeriksaan yang menunjang.
Indikasi utama uji provokasi bronkus adalah.
a)    Bila pekerja diduga menderita asma kerja tapi tidak diketahui zat yang menyebabkannya.
b)    Bila pekerja terpapar oleh lebih dari satu zat yang dapat menyebabkan asma kerja.
c)    Bila konfirmasi mutiak untuk diagnosis penyakit di perlukan, misalnya sebelum menyuruh penderita berhenti bekerja.
6.    Kanker Paru
Mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum diketahui secara tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium terjadinya kanker karena bahan karsinogen. Pertama adalab induksi DNA sel target oleh bahan karsinogen sehingga menimbulkan mutasi sel, kemudian terjadi peningkatan multiplikasi sel yang merupakan manifestasi penyakit.
Zat yang bersifat karsinogen dan dapat menimbulkan kanker paru antara lain adalah asbes, uranium, gas mustard, arsen, nikel, khrom, khlor metil eter, pembakaran arang, kalsium kiorida dan zat radioaktif serta tar batubara.
Pekerja yang berhubungan dengan zat-zat tersebut dapat mendenta kanker paru setelah paparan yang lama, yaitu antara 15 sampai 25 tahun. Pekerja yang terkena adalah mereka yang bekerja di tambang, pabrik, tempat penyulingan dan industri kimia.


2.6 Pencegahan, Pengendalian Dan Penanggulangan Debu

Pengendalian debu dapat berdasarkan empat simpul yaitu:
1.    Simpul I
Yaitu pencegahan terhadap sumbernya antara lain:
      Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja dengan ‘Local Exhauster’ atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.
      Substitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.

2.    Simpul II
Yaitu pencegahan dilakukan terhadap media Transmisi dan udara ambient, Memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah (Wet Drilling).Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi Umum. Penanaman pohon atau reboisasi.

3.    Simpul III
Yaitu Pencegahan Terhadap Tenaga Kerja yang terpapar
Antara lain dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker.
4.    Simpul IV
Yaitu pencagahan terhadap penderita atau orang sakit akibat terpapar partikel debu antara lain melalui pemeriksaan dan pengobatan serta rehabilitasi terhadap korban atau orang sakit.
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kelainan akibat debu. Rehabilitasi dilakukan terhadap korban yang mengalami cacat organ akibat terpapar partikel debu dalam jangka waktu lama.




·         Diagnosis
Penyakit paru akibat debu industri mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lain yang udak disebabkan oleh debu d tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi riwayat pekerjaan, dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, karena penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama.
Anamnesis mengenal riwayat pƧkerjaan yang akurat dan rinci sangat diperlukan, apalagi bila penderita sering berganti tempat kerja. Riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan paparan debu dan lama paparan hendaklah diketahui secara lengkap.
·         Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto toraks sangat berguna untuk melihat kelainan yang ditimbulkan oleh debu pada pneumokoniosis. Klasifikasi standar menunit ILO dipakai untuk menilai kelainanyang timbul. Pembacaan foto toraks pneumokoniosis perlu dibandingkan dengan foto standar untuk menentukan klasifikasi kelainan. Perselubungan yang timbul dibagi atas perselubungan halus dan kasar.
Pemeriksaan faal paru lain yang lebih sensitif untuk mendeteksi kelainan di saluran napas kecil adalah pemeriksaan Flow Volume Curve dan Volume of Isoflow. Pengukuran kapasitas difusi paru (DLCO) sangat sensitif untuk mendeteksi kelainan di interstisial; tetapi pemeriksaan ini rumit dan memerlukan peralatan yang lebih canggih, dan tidak di anjurkan digunakan secara rutin. Pekerja yang pada pemeriksaan awal tidak menunjuickan kelainan, kemudian menderita kelainan setelah bekerja dan penyakitnya terus berlanjut, dianjurkan untuk menukar pekerjaannya.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Debu industri di tempat kerja dapat menimbulkan kelainan dan penyakit paru. Berbagai faktor berperan pada mekanisme timbulnya penyakit, diantaranya adalah jenis, konsentrasi, sifat kimia debu, lama paparan dan faktor individu pekerja. Untuk menegakkan diagnosis penyakit paru akibat debu industri perlu dilakukan anamnesis yang teliti mengenai riwayat pekerjaan, identifikasi debu di tempat kerja, dan pemeriksaan penunjang seperti uji faal paru dan pemeriksaan radiologis. Diagnosis kadang-kadang sukar ditegakkan oleh karena sering butuh waktu yang lama antara terjadinya paparan dan timbulnya penyakit Di samping itu penyakit paru akibat debu industri mempunyai gejala yang sama dengan penyakit paru yang tidak disebabkan oleh debu. Pengobatan penyakit paru akibat debu industri bersifat simptomatis dan suportif. Usaha pencegahan merupakan langka pelaksanaan yang penting. Tindakan pencegahan meliputi pengurangan kadar debu, memakai pelindung diri, deteksi dini kelainan dan pemeriksaan sebelum .penerimaan pegawai. Pemeriksaan faal paru dan radiologis secara berkala perlu pada jenis kerja tertentu. Pekerja yang telah terkena penyakit akibat debu hendaklah dihindani dani paparan lebih lanjut.




DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Penyakit Debu. http://makalahmajannaii.blogspot.com.  Diakses pada tanggal 17 Juni 2013 pukul 16.45 WIB
Pengertian Debu. http://ferryngongo.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 Juni 2013 pukul 16.50 WIB
Penyebab Debu. www.gen22.net/www.artikelkesehatan.com. Diakses pada tanggal 22 Juni 2013 17.15 WIB
Pencegahan penyakit Debu. http://medicastore.com. Diakses pada tanggal 22 Juni 2013 pukul 18.14 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar